Thiago Silva

Alasan Thiago Silva Pilih FC Porto Meski Dilirik Klub Besar Eropa

Alasan Thiago Silva Pilih FC Porto Meski Dilirik Klub Besar Eropa
Alasan Thiago Silva Pilih FC Porto Meski Dilirik Klub Besar Eropa

JAKARTA - Keputusan Thiago Silva untuk melanjutkan kariernya bersama FC Porto mengejutkan banyak pihak. Nama bek veteran asal Brasil itu sebelumnya santer dikaitkan dengan sejumlah klub elite Eropa, termasuk Chelsea dan AC Milan. 

Namun pada akhirnya, Silva justru memilih kembali ke Portugal, negara yang pernah menjadi pintu masuk awalnya ke sepak bola Eropa.

Pengumuman kepindahan tersebut disampaikan langsung oleh FC Porto melalui akun media sosial resmi klub. Kontrak yang disepakati berdurasi hingga akhir musim ini, dengan opsi perpanjangan satu musim. Pilihan ini menandai babak baru perjalanan karier Silva yang sarat pengalaman dan cerita panjang.

Sebelum bergabung dengan Porto, Silva telah lebih dulu mengakhiri kontraknya bersama Fluminense enam bulan lebih awal. Keputusan tersebut membuka peluang baginya untuk kembali berkiprah di Eropa. Di usia yang tidak lagi muda, Silva masih menyimpan ambisi besar, termasuk harapan kembali memperkuat Timnas Brasil di Piala Dunia 2026.

Langkah Silva ini menunjukkan bahwa faktor non-teknis turut berperan besar dalam menentukan masa depan seorang pemain. Bukan sekadar soal nama besar klub, tetapi juga pertimbangan karier, keluarga, dan kenyamanan pribadi yang menjadi dasar keputusan penting tersebut.

Portugal sebagai titik awal dan titik pulang

FC Porto bukanlah tempat asing bagi Thiago Silva. Klub ini menjadi persinggahan pertamanya di Eropa pada musim 2004/2005, ketika ia didatangkan dari Juventude. Saat itu, Silva masih sangat muda dan diproyeksikan sebagai pemain masa depan.

Namun, perjalanan awalnya di Portugal tidak berjalan mulus. Silva hanya memperkuat Porto B yang berlaga di divisi dua Liga Portugal. Ia tidak pernah mendapatkan kesempatan tampil bersama tim senior, sehingga pengalaman Eropa pertamanya terbilang singkat dan penuh tantangan.

Setelah hanya semusim, Silva memilih melanjutkan karier ke Dinamo Moscow. Di Rusia, ia kembali menghadapi masa sulit, termasuk persoalan adaptasi dan kesehatan. Situasi tersebut membuatnya memutuskan pulang ke Brasil dan kembali membela Fluminense.

Kepulangannya ke Porto kini memiliki makna simbolis tersendiri. Portugal menjadi tempat ia memulai mimpi besar di Eropa, dan kini menjadi lokasi ia melanjutkan karier dengan status berbeda, sebagai pemain berpengalaman dan sosok panutan.

Pengalaman panjang yang memperkaya ruang ganti

Nama Thiago Silva mulai benar-benar bersinar setelah hijrah ke AC Milan pada 2009. Di San Siro, ia diduetkan dengan Alessandro Nesta dan menjelma menjadi salah satu bek terbaik di Serie A. Performa impresifnya mengantarkan Silva ke level tertinggi sepak bola Eropa.

Pada 2012, Silva melanjutkan karier bersama Paris Saint-Germain. Di klub Prancis tersebut, ia mengukuhkan reputasinya sebagai bek kelas dunia pada era 2010-an. Kepemimpinannya di lapangan dan ruang ganti menjadikannya figur sentral dalam kesuksesan PSG selama bertahun-tahun.

Setelah delapan tahun di Paris, Silva memulai petualangan baru bersama Chelsea pada 2020. Datang dengan status bebas transfer, ia langsung memberi dampak besar dan menjadi salah satu pilar utama pertahanan The Blues hingga 2024.

Kini di FC Porto, kehadiran Silva diharapkan memberi nilai tambah serupa. Selain memperkuat lini belakang dalam perburuan gelar, pengalamannya diyakini mampu menjadi sumber pembelajaran berharga bagi para pemain muda di skuad.

Tambahan kekuatan dalam perburuan prestasi

FC Porto saat ini berada dalam posisi kompetitif di berbagai ajang. Klub asuhan Francesco Farioli itu memuncaki klasemen sementara Liga Portugal dan menempati peringkat kedelapan di Liga Europa. Situasi tersebut membuat kehadiran pemain berpengalaman seperti Silva terasa sangat relevan.

Dengan kontrak hingga akhir musim dan opsi perpanjangan, Silva diproyeksikan menjadi amunisi penting di fase krusial kompetisi. Ia tidak hanya menawarkan kualitas bertahan, tetapi juga ketenangan dan kepemimpinan di lapangan.

Peran Silva di ruang ganti juga dinilai krusial. Ia dapat menjadi mentor bagi pemain muda seperti Samu Aghehowa, Rodrigo Mora, dan Victor Froholdt. Pengalaman panjangnya di level tertinggi Eropa menjadi aset yang sulit tergantikan.

Bagi Porto, rekrutan ini bukan sekadar tambahan pemain, melainkan investasi pengalaman. Ambisi klub untuk bersaing di level domestik dan Eropa mendapat dorongan signifikan dengan hadirnya sosok sekelas Thiago Silva.

Faktor keluarga dan kedekatan emosional

Selain pertimbangan profesional, faktor keluarga turut memengaruhi keputusan Thiago Silva. Setelah lama menetap di London selama membela Chelsea, keluarganya telah membangun kehidupan yang stabil di Inggris. Anak sulungnya, Isago Silva, bahkan meniti karier sepak bola di akademi Chelsea.

Kedekatan geografis Portugal dengan Inggris menjadi salah satu alasan utama Silva memilih FC Porto. Dengan jarak yang relatif dekat, ia tetap dapat menjaga hubungan intens dengan keluarga tanpa harus mengorbankan karier profesionalnya.

Dilansir ESPN Brasil, Silva memang mencari klub yang memungkinkan dirinya tetap dekat dengan London. Keinginan tersebut semakin kuat setelah putranya menandatangani kontrak profesional pertamanya bersama Chelsea.

Keputusan bergabung dengan Porto akhirnya mencerminkan keseimbangan antara ambisi pribadi dan tanggung jawab keluarga. Di usia 41 tahun, Thiago Silva menunjukkan bahwa pilihan karier tidak selalu ditentukan oleh popularitas klub, melainkan oleh makna dan tujuan yang lebih luas.

Rekomendasi

Index

Berita Lainnya

Index